Di Atas Awan


Awan.. awan..
Hanya ada awan
Awan dimana-mana
Putih...putih... awan-awan putih...
Terbang ke awan-awan

Aku terbang pagi ini
Ke awan putih dan langit yang biru
Jingga telah lama naik ke atas
Kini tinggal terang yang silau
Menghangatkan ombak-ombak kapas yang beriak-beriak
Rasanya lembut di pipi sini
Padahal semu tak bisa disentuh

Tuhan.. Tuhan... Dimana rumahMu?
Jauhkah dari sini?
Aku ingin main bertamu
Kata mereka rumahMu indah
Tuhan..Tuhan... Tak kujumpai juga rumahmu di atas sini
Padahal aku sudah jauh terbang-terbang tinggi
Jangan-jangan mereka bohong!
Jangan-jangan kau tak punya rumah!
Tuhan..Tuhan.. aku lelah mencari di sunyi ini
Mengamati lautan kapas putih yang seakan tanpa tepi
Mungkin kau sudah pindah rumah
Digusur seperti rumah si Andi

Langitnya masih biru
Awannya tetap putih
Meliuk-liuk melingkar
Melukis senyum tak sempurna

Tuhan.. Tuhan.. tak perlu lagi aku cari rumahmu
Aku sudah tahu
Kapan-kapan boleh main ya?
Nanti kalau sudah waktuku
Bukakan pintu ya...
Tak perlu pakai awan-awan yang banyak
Kau saja sudah cukup

Aku dan Si Tua



Yang tersisa...
Tinggal aku
Disini teronggok
Tapi masih berdiri
Menanti ada yang datang lagi
Mengajakku main lagi

Yang tertinggal...
Hanya sebuah pojok busuk berdebu
Aku tergolek terlupakan
Menunggu ada yang main
Mengajakku pergi ke pantai
Merindu-rindu jingga temaram

Yang ada...
Hanya aku dan si tua
Yang terus akan disini
Menunggu... menunggu... menunggu
Bahkan kalaupun tak ada lagi yang bisa ditunggu
Menanti dengan segudang kenangan
Dan serpih-serpih senyum yang tersisa

Suatu saat
Saat kau tengok pojok berdebu
Ingat aku dan si tua yang usang ini
Menunggu diam-diam
Untuk main lagi di pantai