Hening dalam Muram Kelabu

Sunday, February 17, 2008

Ratap masih juga belum berhenti terdengar
Tetes air mata yang masih juga belum kering
Betapa sulit untuk dicintai
Sampai bulan dan bintang pun enggan

Duduk aku termenung di tepi danau ini
Kulihat bulan bersinar redup
Muda

Kulihat ia duduk di sampingku
Matanya awas menyusuri jalan-jalan ibukota ini
Melaju seiring mentari pagi menyambut siang
Dan kalbuku menjerit... TIDAK

Tidak kubiarkan aku jatuh lagi
Namun angan itu tetap mengusik
Kutatap jalanan yang basah oleh hujan pagi itu
Berlalu cepat dalam hening
Hanya musik mengalun tenang
Mengalir lembut seiring air mata dalam kalbu

Hening

Biarkan aku mencari diriku
Yang hilang dalam tenunan mimpi ini
Biarkan aku mencari jiwaku
Yang menyamar diantara wajah itu
Biarkan aku pulang
Kembali dari tempat persembunyianku dalam rahim bumi

Ah, mengapa begitu sulit dicintai
Sampai angin dan mentari pun enggan
Ingin aku kembali
Kembali ke batas awal
Nol

Belajar untuk mencintai
Seperti manusia
Dan dicintai
Seperti perempuan

Kulihat langit malam
Kini bulan sudah pulas
Tertutup awan kelabu muram
Yang manggantung rendah di atasku
Seperti muram di dada ini

Hening...

Dan kenangan akan perjalanan itu
Biar tersimpan dalam diam muram hatiku
Dan tertulis rapi disini
Di halaman ini
Halaman yang penuh mimpi
Penuh tangis dan pelangi

***

*Situ Lembang/Malam/Bersama Beebie/Untuk mengenang pagi ini, pagi yang penuh tawa di wajah dan tangisan di hati*

0 komentar:

Posting Komentar