
Monday, January 12, 2009
Aku dapat melihat seluruh kota,Gedung tertinggi menjulang menatapku menuduh.
Aku rasa gedung-gedung itu merapat
Saling berbisik-bisik menatapku
Aku dapat mendengar air bergemerisik
Beriak-riak dimainkan angin yang memperingati
Aku pikir aku dapat mendengar peringatannya ditiup angin
Dan digemakan air yang tak punya mulut untuk berteriak lebih keras
Dalam kegelapan
Aku membawa diriku ke pinggir jurang itu sendiri
Tapi aku hanya menatap dua bayangan itu dari seberang kolam
Tak dapat kuhentikan. Aku terjatuh.
Aku ingin terbangun dari mimpi
Terjaga di kamar unguku dan bernapas lega
Bahwa segala keliaran terbatas oleh dinding-dinding mimpi yang tak nyata
Tapi kurasakan hangat dibibirku, dan aku tau dia nyata...
Pagi itu disaksikan patung-patung bisu yang dikelilingi lilin aku menangis
Menangis sampai rasanya dadaku mau pecah
Tersedu di bawah patung kakinya yang berdarah karena cambukan
Dan aku yang telah mencambukNya....
Sejenak aku merasa begitu jahat.. begitu berdosa..
Bahkan setelah jutaan dosa yang telah kulakukan dalam hidupku
Ini pertama kalinya aku merasa benar-benar telah menyalib Dia
Aku dapat melihat diriku, melayangkan palu menembus nadiNya...
Aku dapat merasakan darahNya mengalir
Mencuci bersih diriku
Tapi perasaan itu membuatku semakin menangis sejadi-jadinya
"Aku tak layak, Tuhan. Tak layak untuk begitu Kau cintai.." bisikku dalam tangis.
Tapi aku disana berlutut meminta ampun
Dan aku melihat Dia yang tercabik-cabik menatapku sedih
Aku telah mengecewakanNya...
Mengingkari hadiahNya...
Siang itu aku terbangun tergeletak di lantai dingin di hadapan lilin-lilin bisu
Aku terbangun karena lonceng tengah hari, milik Angelus
Aku meraih tas ku yang seharusnya ringan
Dan berjalan gontai mendorong pintu ayun, diikuti keduabelas tatapan sedih murid-muridNya
Aku berjalan di rindangnya jalan yang tertutup daun-daun berguguran
Langit menangis semalaman sehingga air matanya membasahi jalan-jalan
Aku telah berdosa pada pencipta langit dan bumi
Dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian...
Tuhan, aku telah mencambukMu hingga berdarah dengan tanganku
Aku telah menyalibMu dengan pikiranku
Dan aku menyesal...
Layak kah aku Tuhan, dicintai sebesar itu..
Dan aku mendengarNya ditelingaku
"Aku tetap mencintaimu..."
Dan seketika hatiku tidak seberat itu lagi
Aku memang telah mencambuk Tuhanku, tapi aku belajar banyak..
Dan seperti yang ia bilang, kesalahan membuat kita belajar dan tidak kembali kesana..
Dan aku harap... itu benar...
0 komentar:
Posting Komentar