Rampai

Monday, April 6, 2009

RERE
Hembuskan. Hembuskanlah sekuat nya…
biar terbang melayang menyelusup perlahan diantara ruang-ruang kosong di udara
hingga akhirnya ia akan mengendap di kepala menumpuk di hati. sampai waktu kan tiba ia akan berontak menembus batas dan tumpah sedahsyat ledakan bom atom di kota hiroshima.

Kita adalah gunung
kita adalah butir-butir air di awan
kita adalah petir
kita adalah magma gunung berapi
kita adalah entitas dari alam semesta

atau

mungkin kita hanya bagian kecil dari semesta yang suatu saat akan membinasakan semua

kesadaran ini dan kesabaran ini bagian dari proses pertanda bahwa ternyata kita bukan hanya satu orang di sana dan satu orang disini
kita adalah dunia yang akan memancarkan kehangatan bahkan dari retakan puing-puing yang merapuh

jika lava adalah magma, sebuah gunung berapi adalah hati, maka asa adalah jiwa,yang menampung segala macam bentuk gejolak dalam hati

IVY
suatu hari kelak
dari rapuhnya puing-puing yang berasap
dari atas gunung berapi dengan magmanya yang menjilat panas
merah meradang menatap jingga di ujung langit
aku akan bangkit dan menari
tertawa sampai napas tersengal biar bara melepuh kulit

aku akan terbang sambil menangis, lalu tertawa lagi
menertawai jalanku yang penuh matahari warna-warni
di titik itu aku tidak akan lagi menyesal
tidak akan lagi meratap seperti malam-malam sepi minggu ini
karena itulah jalan yang telah rampung
biar matahariku itu merah semua atau mungkin hitam semua
atau bercampur begitu rupa hingga aku pun tak mampu lagi dapat melihat

biar matahariku padam
biar bulanku mati
biar bintangpun redup redam
biar biar biar aku tak peduli
asal jiwaku tetap menyala meradang melewati jalan ini
sekalipun harus aku merangkak, memakan debu tanah, menahan pilu
setidaknya aku tidak mati dalam kehampaan jiwa jiwa yang sunyi

dan jika takdir bertitah aku harus mati juga
aku mau mati di jalan paling bising di kota
aku mau mati di tempat paling tinggi di bumi
aku mau mati lalu hidup di setiap mata yang pernah mengenalku
aku mau hidup bersama tiap desah bumi ini

hingga suatu hari kelak
dari rapuhnya puing-puing yang berasap
dari atas gunung berapi dengan magmanya yang menjilat panas
aku akan duduk merenungi jalanku yang telah rampung
lalu bangkit, menari,dan tertawa... hahahahahaha
sampai napas tersengal biar bara melepuh kulit

0 komentar:

Posting Komentar